Thursday, December 17, 2015

Natto. The Taste Test

(gambar menyusul ya ~)

Kalian pernah makan natto? Atau mungkin malah enggak tahu? Itu loh, makanan jepang yang berupa fermentasi kacang kedelai, suka ada kok di komik-komik jepang. Nah, tadi sore aku nyobain itu barang namanya natto.


Beberapa minggu yang lalu, aku cerita, bilang kalo penasaran sama rasanya natto ke cowok aku yang pas itu kebetulan lagi di Jepang. Dia langsung dengan semangat cerita kalo dulu dia juga sempet penasaran rasanya natto, terus cerita ke senseinya dia. Kalo ga salah sih, home-room teacher nya dia. Akhirnya dia dikasih lah sama senseinya itu buat nyoba.

Sampai apartemen, nyobalah dia—katanya kamarnya langsung bau banget ga ilang-ilang—dan rasanya ga enak kata dia hahaha. Dia bilang rasanya kacau, ga paham kenapa orang-orang pada mau makan natto. Tapi aku tetep penasaranlah, kan belum  nyobain sendiri. Soalnya selera kita suka beda gitu, kadang ga enaknya dia macam lebay aja menurutku, lagipula setelah aku baca-baca manfaat natto ini banyak banget, jadi kekeuh lah pengen nyoba.

Dia semangat banget mau bawain, katanya suruh rasain sendiri kalo ga percaya. Akhirnya kemarin kita ketemu, aku dibawain tiga biji. Pas aku tanya kok tiga biji banget, dia bilangnya belinya emang pertiga biji—tiga biji kotak styrofoam kecil-kecil kok.

"Nih, cobain aja, tapi kalo ga doyan langsung buang aja. Aku aja ga kuat makannya."

Tapi eh tapi, nattonya ini umurnya eang ga lama, kemarin sih dia sempet ngingetin best before-nya tuh sampai tanggal 16 ini, dan aku juga udah memutuskan buat nyoba makan nanti kalo sampe rumah, tapi seharian main terus malah lupa! Padahal dianya juga makan malam di rumah aku gitu, malah sama-sama lupa. Yaudah, jadilah aku baru makan hari ini, basinya belum ada sehari inih. Lagian aku biasa makan barang jamuran dikit atau basi beberapa hari—jorok—jadi aku pikir, it wouldn't be that bad. Tapi ada saat-saat dimana orang salah karena terlalu berfikiran positif, dan buat aku, ini adalah hari dimana aku nyesel udah terlalu positive thinking—mungkin lebih tepatnya nge-gampangin sih; hahaha.

Pas aku ambil dari kulkas sih santai bau sih, tapi menurutku ga begitu heboh, biasa aja. Mungkin karena sirkulasi udara juga kali ya? Jadi dia tuh ngasih kepingan coklat kecil juga, rasa matcha-dark choco, tapi aku ga nyobain karena di habisin sama adekku.
Dalam kotaknya ada natto, sama dua saus. Kayaknya sih, shoyu sama mayones. Aku campur semua, antara nato yang berbenang-benang halus itu sama saus-sausnya terus aku aduk. Alih-alih benang halusnya ilang, nattonya malah makin 'becek' dan berlendir hahaha kacau deh. Pas aku makan, rasanya pahit dan gasnya luar biasa. Mungkin ini efek dari amonia yang memang ada di natto, entahlah. Akhirnya aku makan cuma empat suap dan sisanya aku buang. Dua dari boks yang pertama aku buka tadi, terus sisanya sesuap sesuap kecil dari masing-masing boks yang tersisa—FYI, aku makannya pakai sumpit.

Yang ngasih barang ketawanya kenceng banget setelah aku cerita soal impresi pertama aku makan natto. Mungkin doi ngerasa punya teman. Aku nggak ngerti deh, mungkin gara-gara basi, atau ga di simpan dengan baik? Atau mungkin, emang rasanya kaya gitu? Entahlah.

Dear natto, i really want to like you, but i can't. I just.... can't. Sorry.

1 comment:

  1. Thailand is a country where gambling is regulated by multiple of} legal guidelines and although most of it is unlawful, Thai folks love gambling actions. For firms seeking to set up a gambling company in Asia, the Philippines is 벳익스플로어 a really priceless gaming license to hold. Although it’s costlier than other licenses, the taxation system is beneficial for international firms. A full license, overlaying both on-line casino and sportsbooks, includes a new application fee of $40,000 and an additional $48,000 per yr for sports activities e-book operations payable upon license issuance.

    ReplyDelete